17 Mei
|
Ketika
berusia dua puluh empat tahun, bocah gembala itu menjadi seorang
broeder Fransiskan. Teman-temannya suka padanya. Paskalis seorang yang
mudah bergaul dan juga seorang yang lembut hati. Rekan biarawan
memperhatikan bahwa seringkali ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang
paling berat dan tidak menyenangkan. Paskalis melakukan mati raga,
bahkan lebih keras dari yang ditetapkan dalam peraturan biara. Namun
demikian, ia seorang yang senantiasa penuh sukacita. Dulu, ketika masih
seorang gembala, ia merindukan berada di gereja untuk berdoa kepada
Yesus; tetapi, tidak bisa. Sekarang, ia bisa. Jadi, ia sangat senang
menemani Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Ia juga diijinkan menjadi
pelayan Misa.
Dua
hal yang amat dicintai Paskalis adalah: Ekaristi Kudus dan Bunda Maria.
Setiap hari Paskalis berdoa rosario dengan cinta yang amat besar. Ia
juga menuliskan doa-doa yang indah kepada Bunda Surgawi kita.
St.
Paskalis membuat sebuah buku kecil dari kertas-kertas buram. Dalam buku
catatannya, ia menuliskan pemikiran-pemikirannya dan doa-doanya yang
indah. Setelah ia wafat, pemimpin biaranya menunjukkan buku catatan
Paskalis pada uskup agung setempat. Bapa Uskup membacanya dan berkata,
“Jiwa-jiwa bersahaja ini telah mencuri surga dari kita!”
Paskalis wafat pada tahun 1592 dalam usia lima puluh dua tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Alexander VIII pada tahun 1690.
Bagaimana
mempererat hubungan kita dengan Yesus dalam Ekaristi dan dengan Bunda
Maria? Jawabannya mungkin merupakan ajakan bagi kita untuk mengunjungi
Yesus dalam Sakramen Mahakudus secara istimewa dan mohon Bunda Maria
membantu kita agar setia pada Putra-nya.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
0 komentar:
Posting Komentar