Yosephus
Cafasso dilahirkan pada tahun 1811 di Italia utara, dekat kota Turin.
Empat tahun kemudian, pada tahun 1815, salah seorang muridnya yang
paling terkenal, St. Yohanes Bosco,
dilahirkan di kota yang sama. Yosephus berbahagia mempunyai orangtua
yang sangat mengasihinya, yang rela berkurban demi pendidikannya. Ia
pergi ke Turin agar dapat bersekolah di seminari. Yosephus bertemu
Yohanes Bosco pada tahun 1827 ketika Bosco berumur dua belas tahun.
Bosco berbicara kepada seminaris Cafasso di gereja dan kemudian lari
sepanjang perjalanan pulang ke rumah. “Mama, mama,” teriak Yohanes, “aku
bertemu dengannya, aku bertemu dengannya, mama!” “Dengan siapa?” tanya
ibunya. “Yosephus Cafasso, mama. Ia seorang kudus, sungguh.” Ibu Bosco
tersenyum dan mengangguk dengan lembut.
Pada
tahun 1833, Yosephus ditahbiskan sebagai imam. Ia memulai tugas
pelayanannya dan diutus belajar di sebuah sekolah teologi yang hebat
bagi para imam. Setelah Pater Cafasso menamatkan pelajarannya, ia
menjadi seorang profesor teologi. Ia mengajar banyak imam muda selama
bertahun-tahun. Mereka mengatakan bahwa ia sangat mengasihi mereka.
Pater Cafasso dikenal sebagai imam yang percaya akan kelemahlembutan dan
belas kasih Allah. Karena ia sendiri begitu lembut hati, ia
membangkitkan semangat dan pengharapan pada orang-orang lain juga. Ia
membimbing banyak imam, kaum religius dan awam juga. Pater Cafasso
membantu Yohanes Bosco memulai pelayanan kerasulannya yang mengagumkan
di antara anak-anak. Ia juga yang membimbing Pater Bosco memulai ordo
religiusnya yang dikenal sebagai Salesian. Pater Cafasso membimbing yang
lain pula membentuk ordo atau kongregasi mereka.
Pada
masa Pater Cafasso, ada begitu banyak kebutuhan sosial. Salah satunya
yang paling mendesak adalah sistem penjara. Keadaan penjara amat
menjijikkan. Tetapi, yang sungguh menggerakkan hati Pater Cafasso adalah
kebiasaan melaksanakan hukuman gantung bagi para narapidana yang
dihukum mati di hadapan masyarakat umum. Pater Cafasso datang kepada
mereka dan menerima pengakuan dosa mereka. Ia mendampingi mereka,
mengatakan betapa melimpahnya belas kasih dan kerahiman Tuhan bagi
mereka hingga ajal menjemput mereka. Ia membimbing lebih dari enam puluh
orang narapidana. Mereka semuanya bertobat dan meninggal dalam damai
Kristus. Pater Cafasso menyebut mereka sebagai “para kudusnya yang
digantung”.
Pater
Cafasso juga menjadi pastor di Gereja St. Fransiskus pada tahun 1848.
Tak seorang pun sanggup mengatakan betapa besar pengaruhnya bagi
masyarakat dan karya-karya Gereja. Pater Cafasso wafat pada tanggal 23
Juni tahun 1860. Sahabat setianya, St. Yohanes Bosco, yang menyampaikan
homili pada saat pemakamannya. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII
pada tahun 1947.
Hidup St. Yosephus Cafasso ditandai oleh kelemahlembutan dan pengertian. Bagaimana aku memperlakukan sesama saudaraku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
0 komentar:
Posting Komentar